Pages

Rabu, 15 Juni 2011

sangkuriang

Malam hari
LAKONPERTAMA
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh
Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG SUMBI: Rasa-rasa dalam mimpi
        • bahwa di malam ini
          sedang diciptakan telaga
          beserta perahunya,
          dimana aku akan berlayaran
          sebagai istri dan anakku sendiri
          Rasa-rasa dalam mimpi
          bahwa tadi
          aku dipinang anakku
          dan nanti
          akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
          Ah, satu diantara dua :
          aku atau anakku,
          itulah yang sebenarnya bermimpi
          di malam ini
          Dan karena kini
          asal tadi dan bakal nanti,
          maka siapa yang bermimpi malam ini,
          itulah yang besok pagi kesiangan,
          itulah pemimpi sepanjang jaman
BUJANG MUNCUL
2. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
      • Apa yang nampak di mata ?
3. BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.
4. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
5. BUJANG : Bumi gemuruh
    • pohon-pohon pada tumbang
      batu-batu bergulingan
      membendung air,
      Dilanda air
      Dan siapa yang mengerjakan
      haiam tidak kelihatan
      Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi
      telaga luas akan segera terbukti
6. DAYANG SUMBI: Dan perahu ?
7. BUJANG : Itupun hampir selesai
8. DAYANG SUMBI: Kalau begitu,
        • kita tidak boteh lalai
          Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta datang
9. BUJANG : Baik, Nyai, biar sekarang juga
    • bibi bangunkan semua
BUJANG TURUN
10. DAYANG SUMBI: Riuh gemuruh dikejauhan,
        • alamat telaga sedang dibangun.
          Riuh gemuruh di dalam dadaku,
          karena hati naik turun
          Ah, hatiku !
          hati manusia yang tahu tiada upaya,
          tapi juga hati seoiang ibu
          yang diancam bahaya
          Sebagai manusia,
          Ya. Dewata
          Hatiku turun ke bawah telapak
          kaki-Mu,
          hidmat menyembah kebesaran-Mu,
          menyerah
          mengalah kepada kehendak-Mu
          yang benar selalu
          Tapi sebagai ibu,
          ya, anakku !
          Hatiku naik ke atas puncak citamu,
          keras menolak keingmanmu,
          bertindak
          berontak menentang kebenaranmu
          yang tiada benar bagiku
BUJANG MUNCUL DIIRINGI ARDA LEPA DAN KAWAN-KAWAN
11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
      • kami dipanggil di malam sepi ?
12. DAYANG SUMBI: Mamang, malam ini
        • bukan malam sepi.
          Malam ini malam yang seram
          malam yang berat mengancam
          Anakku Sang Kuriang
          mulai tadi siang
          menyatakan pendapatnya
          yang tidak disangka-sangka
          Dia tidak mau percaya
          bahwa mi bukan ibunya
13. ARDA LEPA : Tapi jika semua orang
      • sependapat dengan Sang Kunang,
        apa yang hendak kite katakan, kawan?
        Kita semua tidak menyaksikan
        kapan Sang Kunang dilahirkan,
        bukan?
14. BERSAMA : Biar buta I Biar mati!
      • Tak pernah kita mengetahui.
15. DAYANG SUMBI: Memang, kalau semua orang
        • sependapat dengan Sang Kuriang,
          itu terserah kepada mereka
          Tapi bagiku aku adalah ibunya.
          Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang
          aku tidak akan menolak dia meminang.
          Dan mamang sekarang
          tidak akan diminta datang
          Apakah mamang setuju
          anak mengawini ibu ?
16. ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ?
      • Yey, itu tidak lucu !
17. BERSAMA : Itu mesti disapu !
      • Lebih haram dan jinah !
        Lebih hewan dari hewan !
18. ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kunang
      • kalau betul Sang Kuriang meminang
        Sang Kunang mesti kami buang !
        Kalau tidak,
        kami semua ikut berjinah
        Kami menjadi hewan.
19. DAYANG SUMBI: Nantidulu
        • Dengar dulu!
          Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadap
          anak, pinangan anakku tidak terangterangan
          ditolak,
          Aku berjanji mau kawin dengan dia,
          asal besok ban sedia perahu dan telaga,
          Ternyata sekarang
          Perahu dan telaga sudah hamper siap
          Berarti Sang Kuriang
          akan dapat memenuhi permintaan ku.
20. ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin
      • supaya tidak jadi kawin ?
        supaya peiahu dan telaga
        besok tidak bukti ?
21 DAYANG SUMBI: Betul.
        • Karena itu ku menginginkan
          supaya kalian membakar hutan,
          biar apinya bersinar-sinar;
          menyerupai sinar fajar,
          biar anakku Sang Kuriang
          Melihat siang akan mendatang !
          biar maksudnya diurungkan,
          lantaran merasa kesiangan
22. ARDA LEPA : Ai, ai, Nyai ingin
      • Sang Kunang diajak bermam ?
        Itu lucu !
23. BERSAMA : Tapi apa mungkin ?
      • Sang Kuriang lain dan yang lain
24. DAYANG SUMBI: Sang Kuriang memang lain dari yang lain
      • tapi Sang Kuriang manusia
        Dan kepada manusia aku tetap yakin:
        ada Dewata dalam dirinya
        Dan selama ada Dewata
        di dalam din manusia
        kewajiban kita
        bukan menundukan membmasakan
        tapi menyalakan api keDewataan
        yang bersemayam di tubuh lawan
        Semoga api pembakar hutan
        menjadi api kedewataan
        yang bersinar terang-benderang
        dalam tubuh Sang Kunang !
25 ARDALEPA : Bagaimana kawan.
      • kita sekarang membakar hutan ?
26. BERSAMA : Asal terang
      • ada anak memang ibu
27. ARDA LEPA : Yang sudah terang
      • semua manusia adalah satu
        Orang lain masih kita juga.
        Karena itu,
        marilah kita ajak Sang Kuriang
        bermain bersama kita
        dengan api di tangan kita
        Inilah panggilan kita
        di dalam hidup bersama

sangkuriang

Malam hari
LAKONPERTAMA
Di halaman rumah. Sayup-sayup sampai di kejauhan terdengar suara gemuruh
Dayang Sumbi keluar dan rumah dengan suluh ditangan
1. DAYANG SUMBI: Rasa-rasa dalam mimpi
        • bahwa di malam ini
          sedang diciptakan telaga
          beserta perahunya,
          dimana aku akan berlayaran
          sebagai istri dan anakku sendiri
          Rasa-rasa dalam mimpi
          bahwa tadi
          aku dipinang anakku
          dan nanti
          akan menjadi ibu dari cucuku sendiri
          Ah, satu diantara dua :
          aku atau anakku,
          itulah yang sebenarnya bermimpi
          di malam ini
          Dan karena kini
          asal tadi dan bakal nanti,
          maka siapa yang bermimpi malam ini,
          itulah yang besok pagi kesiangan,
          itulah pemimpi sepanjang jaman
BUJANG MUNCUL
2. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
      • Apa yang nampak di mata ?
3. BUJANG : Bagai tenaga raksasa yang dicurahkan.
4. DAYANG SUMBI: Bagaimana ?
5. BUJANG : Bumi gemuruh
    • pohon-pohon pada tumbang
      batu-batu bergulingan
      membendung air,
      Dilanda air
      Dan siapa yang mengerjakan
      haiam tidak kelihatan
      Tapi yang tidak bisa dipungkin lagi
      telaga luas akan segera terbukti
6. DAYANG SUMBI: Dan perahu ?
7. BUJANG : Itupun hampir selesai
8. DAYANG SUMBI: Kalau begitu,
        • kita tidak boteh lalai
          Mang Aida Lepa dan kawan-kawannya, mesti segera diminta datang
9. BUJANG : Baik, Nyai, biar sekarang juga
    • bibi bangunkan semua
BUJANG TURUN
10. DAYANG SUMBI: Riuh gemuruh dikejauhan,
        • alamat telaga sedang dibangun.
          Riuh gemuruh di dalam dadaku,
          karena hati naik turun
          Ah, hatiku !
          hati manusia yang tahu tiada upaya,
          tapi juga hati seoiang ibu
          yang diancam bahaya
          Sebagai manusia,
          Ya. Dewata
          Hatiku turun ke bawah telapak
          kaki-Mu,
          hidmat menyembah kebesaran-Mu,
          menyerah
          mengalah kepada kehendak-Mu
          yang benar selalu
          Tapi sebagai ibu,
          ya, anakku !
          Hatiku naik ke atas puncak citamu,
          keras menolak keingmanmu,
          bertindak
          berontak menentang kebenaranmu
          yang tiada benar bagiku
BUJANG MUNCUL DIIRINGI ARDA LEPA DAN KAWAN-KAWAN
11. ARDA LEPA : Ada apa, Nyai ?
      • kami dipanggil di malam sepi ?
12. DAYANG SUMBI: Mamang, malam ini
        • bukan malam sepi.
          Malam ini malam yang seram
          malam yang berat mengancam
          Anakku Sang Kuriang
          mulai tadi siang
          menyatakan pendapatnya
          yang tidak disangka-sangka
          Dia tidak mau percaya
          bahwa mi bukan ibunya
13. ARDA LEPA : Tapi jika semua orang
      • sependapat dengan Sang Kunang,
        apa yang hendak kite katakan, kawan?
        Kita semua tidak menyaksikan
        kapan Sang Kunang dilahirkan,
        bukan?
14. BERSAMA : Biar buta I Biar mati!
      • Tak pernah kita mengetahui.
15. DAYANG SUMBI: Memang, kalau semua orang
        • sependapat dengan Sang Kuriang,
          itu terserah kepada mereka
          Tapi bagiku aku adalah ibunya.
          Kalau aku bukan ibu Sang Kuriang
          aku tidak akan menolak dia meminang.
          Dan mamang sekarang
          tidak akan diminta datang
          Apakah mamang setuju
          anak mengawini ibu ?
16. ARDA LEPA : Anak mengawini ibu ?
      • Yey, itu tidak lucu !
17. BERSAMA : Itu mesti disapu !
      • Lebih haram dan jinah !
        Lebih hewan dari hewan !
18. ARDA LEPA : Kalau betul Nyai ibu Sang Kunang
      • kalau betul Sang Kuriang meminang
        Sang Kunang mesti kami buang !
        Kalau tidak,
        kami semua ikut berjinah
        Kami menjadi hewan.
19. DAYANG SUMBI: Nantidulu
        • Dengar dulu!
          Sebagai ibu yang kasih sayang teRhadap
          anak, pinangan anakku tidak terangterangan
          ditolak,
          Aku berjanji mau kawin dengan dia,
          asal besok ban sedia perahu dan telaga,
          Ternyata sekarang
          Perahu dan telaga sudah hamper siap
          Berarti Sang Kuriang
          akan dapat memenuhi permintaan ku.
20. ARDA LEPA : Jadi sekarang Nyai ingin
      • supaya tidak jadi kawin ?
        supaya peiahu dan telaga
        besok tidak bukti ?
21 DAYANG SUMBI: Betul.
        • Karena itu ku menginginkan
          supaya kalian membakar hutan,
          biar apinya bersinar-sinar;
          menyerupai sinar fajar,
          biar anakku Sang Kuriang
          Melihat siang akan mendatang !
          biar maksudnya diurungkan,
          lantaran merasa kesiangan
22. ARDA LEPA : Ai, ai, Nyai ingin
      • Sang Kunang diajak bermam ?
        Itu lucu !
23. BERSAMA : Tapi apa mungkin ?
      • Sang Kuriang lain dan yang lain
24. DAYANG SUMBI: Sang Kuriang memang lain dari yang lain
      • tapi Sang Kuriang manusia
        Dan kepada manusia aku tetap yakin:
        ada Dewata dalam dirinya
        Dan selama ada Dewata
        di dalam din manusia
        kewajiban kita
        bukan menundukan membmasakan
        tapi menyalakan api keDewataan
        yang bersemayam di tubuh lawan
        Semoga api pembakar hutan
        menjadi api kedewataan
        yang bersinar terang-benderang
        dalam tubuh Sang Kunang !
25 ARDALEPA : Bagaimana kawan.
      • kita sekarang membakar hutan ?
26. BERSAMA : Asal terang
      • ada anak memang ibu
27. ARDA LEPA : Yang sudah terang
      • semua manusia adalah satu
        Orang lain masih kita juga.
        Karena itu,
        marilah kita ajak Sang Kuriang
        bermain bersama kita
        dengan api di tangan kita
        Inilah panggilan kita
        di dalam hidup bersama

drama

Suasana di depan sekolah pada suatu siang sepulang sekolah. Terlihat seorang anak sekolah bernama Deri membeli beberapa kantung kacang dari sebuah warung.
Ia segera pulang ke rumahnya.
Suasana rumah Deri. Deri membuka sepatu dan kaus kakinya. Ia meletakkannya begitu saja di belakang pintu rumahnya. Ia lalu segera pergi ke kamarnya. Ibunya melihat tindakan Deri.
Ibu                   : (marah) “Deri, sepatumu jangan diletakkan sembarangan. Kan, sudah ibu sediakan rak khusus untuk menyimpan sepatu.”
Deri     : (menyeka keringat di keningnya) “Deri kan capek, Bu. Hari ini rasa nya gerah banget. Lagian, kan ada Bi Surti.”
Ibu      : “Bi Surti pulang kampung selama tiga hari. Lagian, kenapa kamu menanyakan Bi Surti?”
Deri     : “Biasanya kan Bi Surti yang suka membereskan sepatuku.”
Ibu       : (kesal) “Untuk hal seperti ini, Ibu rasa kamu bisa me ngerjakannya sendiri.”
Deri     : (segera mengambil sepatu dan kaus kakinya yang ber serakan) “Aahh… Ibu.”
Deri segera masuk ke kamarnya. Suasana berganti menjadi kamar Deri. Di kamar, terdapat sebuah tempat tidur kecil, kipas angin, meja belajar, dan sebuah tempat sampah. Deri merebahkan diri di atas tempat tidurnya. Ia melemparkan tasnya ke samping bawah meja belajarnya. Ia belum mengganti baju seragamnya. Lalu, ia menyalakan kipas angin.
Deri     : (sambil membaca buku yang diambilnya dari meja belajar) “Ahh… begini kan lebih enak….”
Deri membuka bungkus kacang yang ia beli tadi. Ia membuka satu per satu dan melemparkan begitu saja kulit-kulit kacang ke bawah tempat tidurnya.
Suasana malam. Deri tidak bisa tidur. Ia mendengar suara-suara aneh.
Ciiitttt… cit… cittt…. Deri ketakutan. Dari kolong tempat tidurnya, keluar seekor tikus.
Deri kaget. Ia paling takut pada tikus. Tidak berapa lama kemudian, beberapa ekor tikus keluar dari kolong tempat tidurnya. Deri mengambil sapu ijuk.
Deri     : (mencoba mengusir tikus-tikus) “Ukhhh… mengganggu saja!” (memukul seekor tikus)
Beberapa tikus malah menghampiri Deri.
Deri     : (ketakutan dan menjerit-jerit) “Ibu, Ibu tolongin Deri!”
Ibu       : (membuka pintu kamar Deri) “Ada apa kok kamu teriak-teriak?”
Deri     : (wajahnya pucat) “Ibu, banyak si Jerry!”
Ibu       : “Jerry, siapa itu Jerry?”
Deri     : (menunjuk ke bawah tempat tidurnya) “Maksud Deri banyak tikus kecil.”
Ibu :     (kebingungan) “Di mana?”
Deri     : “Itu di bawah tempat tidur Deri! Deri takut. Deri tidak mau tidur di kamar Deri.”
Ibu       : “Ya sudah, malam ini kamu tidur bersama kakakmu saja.”
Suasana pagi hari. Ibu masuk ke kamar
Deri. Ia kaget melihat sampah-sampah berserakan di bawah tempat tidur Deri.
Ibu       : (berteriak, mukanya cemberut)
“Derii…sini!”
Deri     : (memakai seragam sekolah) “Ya ada apa, Bu?”
Ibu      : “Lihat!” (menunjuk ke sampah yang berserakan) “Kamu jorok sekali. Pantas banyak tikus di kamarmu.”
Deri     : (malu dan tertunduk) “Habis bagaimana dong?”
Ibu       : “Lho kok, malah tanya. Mulai sekarang kamu harus menjaga kebersihan kamarmu. Kamu jangan membuang sampah sembarangan lagi. Kan, sudah ibu sediakan tempat sampah di kamarmu (menunjuk ke tempat sampah). Apa perlu Ibu membuatkan plang peringatan di sini?”
Deri     : “Ibu bisa saja. Deri janji tidak akan membuang sampah sembarangan lagi. Deri kapok sama si Jerry-Jerry nakal.”
Ibu       : (tersenyum) “Ya sudah, sekarang kamu pergi sekolah. Pulang sekolah nanti, kamu harus membersihkan kamar mu.”
Deri     : “Baik, Bu!”
Sejak saat itu, Deri selalu menjaga kebersihan kamar nya.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger